Mengenal Satelit Cuaca Himawari-8/9

Perkiraan cuaca menjadi informasi yang sangat penting bagi masyarakat dalam melakukan berbagai kegiatan. Masyarakat dapat mempersiapan jas hujan dalam melakukan perjalanan ketika mendapat informasi akan datangnya hujan. Penundaan penerbangan pesawat disebabkan informasi akan adanya badai di lokasi tujuan untuk keselamatan penumpang.  Adanya satelit cuaca dapat memberikan informasi tentang kondisi cuaca di permukaan bumi yang selanjutnya dapat dianalisa untuk memprediksi kondisi cuaca pada wilayah tertentu. Satelit cuaca mempunyai frekuensi rekaman ulang pada tempat yang sama dengan waktu singkat. Hal ini untuk menunjang kepentingan monitoring dimana kondisi cuaca dapat berubah dengan cepat dari waktu ke waktu.

Satelit Himawari-8/9 merupakan satelit cuaca yang dioperasikan oleh Japan Meteorological Agency (JMA). Geostationary Meteorological Satellite (GMS) sebagai program satelit nasional Jepang untuk pengamatan cuaca dan lingkungan dari Geostationary Earth Orbit (GEO). PeluncuranHimawari-8/9 dilakukan pada Selasa 7 Oktober 2014 menggunakan roket peluncur H-IIA F-25 dari Pusat Antariksa Tanegashima (Tanegashima Space Center) di Kagoshima, Jepang. Setelah peluncuran akhirnya satelit Himawari-8/9 telah mencapai orbit geostasioner pada tanggal 16 Oktober 2014. Satelit Himawari akan beroperasi selama 15 tahun (sampai 2022) untuk menggantikan Himawari-7. Kamera satelit Himawari-8/9 dapat melakukan peliputan yang cepat baik cakupan global maupun lokal dengan penjadwalan yang dapat diprogram dengan fleksibel.

Satelit Himawari-8/9 mempunyai sensor Advanced Himawari Imager (AHI) dengan 16 panjang gelombang yang terdiri dari 3 kanal visible, 3 kanal near infrared dan 10 kanal inframerah. Sensor AHI mempunyai resolusi spasial satu kilometer untuk kanal visible dan empat kilometer untuk kanal inframerah. Resolusi temporal sensor AHI adalah sepuluh menit sehingga mampu mendapatkan gambaran permukaan bumi setiap sepuluh menit. Sensor AHI pada kanal 1 sampai 3 menghasilkan gambar komposit RGB, kanal 8 sampai 10 terkait keberadaan uap air, kanal 11 terkait dengan sulfur dioksida (SO2), kanal 12 terkait observasi ozon (O2), kanal 13 sampai 15 merupakan jendela atmosfer, dan kanal 16 terkait dengan karbondioksida (CO2). Citra Himawari-8/9 mempunyai produk dengan beberapa parameter yaitu analisis cuaca, analisis siklon, radiasi langit cerah, vektor pergerakan atmosfer, suhu permukaan laut, tutupan es dan salju, deteksi perubahan daerah kumulus dengan interval yang singkat dari citra satelit, parameter abu vulkanik dan indeks ketidakstabilan global.

Citra Satelit Himawari-8/9 memberikan informasi meteorologi dengan cakupan wilayah pengamatan yang luas dengan data-data pengamatan selalu berkelanjutan. Data Citra Himawari-8/9 akan didistribusikan oleh JMA kepada National Meteorological and Hydrological Service (NMHSs) melalui Internet Cloud Service (ICS) dengan teknologi Digital Video Broadcasting-Satellite-Second Generation (DVB-). Data ini sangat bermanfaat untuk pemantauan atau observasi cuaca dan lingkungan yang mempunyai perubahan yang sangat dinamis. Data Satelit Himawari-8/9 diharapkan dapat meningkatkan akurasi prediksi cuaca serta kajian terkait pola diurnal parameter atmosfer di wilayah Indonesia. 

Referensi 
Lingkungan Antariksa dan Bumi Serta Teknologi Pengamatannya (2015). Media Dirgantara Vol 10.
Dony Kushardono (2012). Kajian Satelit Penginderaan Jauh Cuaca Generasi Baru Himawari 8 dan 9. Inderaja Vol III.
Share :