Manfaat Pohon Siwalan Sebagai Vegetasi di Kawasan Kering

Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis terdapat beberapa jenis vegetasi, salah satunya Siwalan (Borassus Flabellifer). Siwalan tumbuh secara terpisah dan beberapa menggerombol yang tersebar di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis. Tanaman Siwalan termasuk dalam salah satu jenis palmae yang tumbuh di daerah kering dan pesisir.  Wilayah Indonesia banyak ditumbuhi tanaman Siwalan di bagian timur Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Tanaman siwalan mempunyai ciri-ciri buahnya besar, berbentuk bulat yang dilindungi oleh tempurung yang berwarna coklat kehitaman dan daun berbentuk bundar seperti kipas mengumpul di ujung batang membentuk tajuk yang membulat. Tinggi pohon Siwalan antara 15 – 30 m dengan diameter batang sekitar 60 cm.

Tanaman Siwalan mempunyai berbagai potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan. Buah siwalan segar dapat dikonsumsi langsung atau dimanfaatkan menjadi nata dan sirup. Nata terbentuk karena adanya bakteri asam asetat pada permukaan cairan yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman. Bakteri Acetobacter xylinum dapat menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat membentuk benang-benang selulosa padat berwarna putih hingga transparan yang disebut nata. Biji buah siwalan mempunyai kandungan gula, gula reduksi, protein, mineral, fosfor, besi, vitamin C dan B1. Hasil ekstrak biji buah siwalan dapat menghasilkan glukosamin yang mulai dikembangkan dan diproduksi sebagai prekursor obat untuk penyakit tulang.

Gambar 1. Pohon Siwalan di halaman PGSP (Sumber : Dokumentasi PGSP)

Tanaman Siwalan dapat menghasilkan nira siwalan dengan menyadap pada bagian tandan bunga, baik jantan maupun betina. Nira siwalan merupakan sumber karbohidrat yang terdiri dari glukosa, sukrosa, air, lemak serta sedikit serat. Nira segar dapat langsung dikonsumsi dan hanya bertahan dalam 24 – 36 jam sejak disadap, karena nira akan mengalami perubahan dengan timbulnya gelembung dan rasa menjadi masam. Nira siwalan segar dapat diolah menjadi produk berupa gula merah dan nila yang sudah basi dapat digunakan sebagai bahan baku bioetanol. Bioetanol merupakan energi terbarukan dan ramah lingkungan sebagai pengganti bahan bakar fosil. Selain Nira dan nata, serat batok siwalan dapat dijadikan sebagai bahan baku kerajinan lokal. Serabut batok siwalan mempunyai ketebalan dengan dimensi panjang sehingga memenuhi syarat dasar potensi fisik untuk diolah menjadi bahan baku kerajinan yaitu benang dan bahan baku tenunan. Saat ini proses pengolahan siwalan murni menggunakan gintir dan alat tenun untuk mengolah batok siwalan menjadi bahan baku/setengah jadi tekstil seperti benang dan kain.

Tanaman siwalan dapat tumbuh di kawasan yang kering terutama di wilayah pesisir seperti gumuk pasir Parangtritis. Selain berbagai jenis manfaat tanaman Siwalan yang menghasilkan berbagai jenis produk olahan, tanaman ini juga memberikan nilai artistik di sekitar kawasan gumuk pasir. Karakteristik bentuk tanaman yang tinggi dengan bentuk daun berkumpul membentuk seperti kipas dapat menjadi salah satu nilai tambah objek wisata. Jika suka melakukan tracking maka akan sering menjumpai tanaman siwalan yang tumbuh tinggi di kawasan Gumuk Pasir Parangtritis. 

Share :